Assalamualaikum, wr wb.
Menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwa. Rasulullah Saw meneteskan air matanya ketika ditinggal mati oleh anaknya, Ibrahim.
Abu Bakar Ashshiddiq ra digelari oleh anaknya Aisyah ra sebagai Rojulun Bakiy (Orang yang selalu menangis).
Beliau senantiasa menangis, dadanya bergolak manakala sholat di belakang Rasulullah Saw karena mendengar ayat-ayat Allah.
Abdullah bin Umar suatu ketika melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada seseorang sedang membaca Al Qur'an, ketika sampai pada ayat: "Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam" (QS. Al Muthaffifin: 6).
Pada saat itu juga beliau diam berdiri tegak dan merasakan betapa dirinya seakan-akan sedang menghadap Robbnya, kemudian beliau menangis.
Rasulullah Saw dan para sahabatnya benar-benar memahami dan merasakan getaran-getaran keimanan dalam jiwa mereka.
***
Alhamdulillah, doa ikhlas kami untuk saudara-saudara seiman yang mengalir keringatnya di jalan Allah menebarkan risalah Ilahi ini. Semoga jadi bekal kita bersama kelak di kemudian hari.
Kesilafan dan kekurangan selalu dimohonkan maaf, apa yang di luar jangkauan kekuatan kami, kepada Allah kami memohon dan kembalikan segala urusan.
Kebersamaan kita bukan karena tujuan lain, selain kebaikan dan kebenaran. Mari tetap bersama-sama menempuh jalan ini. Jalan Allah... Islam yang kita cintai... sampai mati. Amin.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
" Maka mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan " (Qs. At Taubah: 82).
Menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwa. Rasulullah Saw meneteskan air matanya ketika ditinggal mati oleh anaknya, Ibrahim.
Abu Bakar Ashshiddiq ra digelari oleh anaknya Aisyah ra sebagai Rojulun Bakiy (Orang yang selalu menangis).
Beliau senantiasa menangis, dadanya bergolak manakala sholat di belakang Rasulullah Saw karena mendengar ayat-ayat Allah.
Abdullah bin Umar suatu ketika melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada seseorang sedang membaca Al Qur'an, ketika sampai pada ayat: "Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam" (QS. Al Muthaffifin: 6).
Pada saat itu juga beliau diam berdiri tegak dan merasakan betapa dirinya seakan-akan sedang menghadap Robbnya, kemudian beliau menangis.
Rasulullah Saw dan para sahabatnya benar-benar memahami dan merasakan getaran-getaran keimanan dalam jiwa mereka.
***
Alhamdulillah, doa ikhlas kami untuk saudara-saudara seiman yang mengalir keringatnya di jalan Allah menebarkan risalah Ilahi ini. Semoga jadi bekal kita bersama kelak di kemudian hari.
Kesilafan dan kekurangan selalu dimohonkan maaf, apa yang di luar jangkauan kekuatan kami, kepada Allah kami memohon dan kembalikan segala urusan.
Kebersamaan kita bukan karena tujuan lain, selain kebaikan dan kebenaran. Mari tetap bersama-sama menempuh jalan ini. Jalan Allah... Islam yang kita cintai... sampai mati. Amin.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
" Maka mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan " (Qs. At Taubah: 82).
0 komentar:
Posting Komentar